MAKALAH KEBUDAYAAN JAWA TIMUR
ILMU BUDAYA DASAR
KEBUDAYAAN JAWA
(JAWA TIMUR)
Anggota Kelompok :
Ahmad Fauzi Hamami 18116354
Dinda Rahmania Ayu Sabilla 12116104
Dinda Rahmania Ayu Sabilla 12116104
Fadhellian Azqia Pristi 12116444
M Ricky Apriansyah 14116184
Muhammad Rizky P. N 15116096
Rufus Yudhistira K 16116704
Salsabila Geovany Nabila 16116789
1KA14
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
Atas tersusunya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Olly Aurora SIKOM, MM selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar serta orang-orang sekitar yang turut memberikan saran yang bermanfaat bagi kami.
Kami menyadari, bahwa masih adanya kekurangan baik dalam segi penyusunan maupun isi. Kami menerima segala saran dan kritik dari para pembaca.
Depok, 02 April 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk tuhan yang di anugrahi akal, fikiran, dan fisik untuk menunjang kehidupannya sebagai seorang insan yang di tunjuk oleh tuhan untuk menjadi pemimpin di bumi yang tuhan Yang Maha Kuasa ciptakan. Oleh karena manusia adalah pemimpin di bumi ini sepatutnya seorang manusia haruslah mempunyai prilaku yang sesuai dengan yang Tuhan inginkan untuk dipercayakan menjaga keutuhan bumi yang Allah ciptakan dengan segala makhluk hidup didalamnya untuk manusia jaga kelestariannya.
Manusia yang menjadi seorang terpilih dan tinggi derajatnya di mata Tuhan, manusia haruslah mempunyai kepercayaan, ilmu, dan menjalankan segala apa yang di perintahkan Allah dan menjauhi yang di larang oleh Tuhan. Sebagai makhluk yang mempunyai akal dan fikiran serta fisik manusia haruslah memanfaatkan anugrah yang di berikan oleh Tuhan itu dengan sebaik – baiknya dan jangan menyalah gunakannya sebagai suatu yang Tuhan benci. Manusia haruslah mempunyai budaya yang baik untuk menjadikannya seorang manusia yang memiliki derajat tinggi di mata Tuhan. Maka manusia harus menjadikan budaya yang baik sebagai bagian dari dirinya tanpa mengabaikan apa yang menjadi kewajiban sebagai makhluk yang berketuhanan.
Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, maka peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu untuk punah.
Disini, kami mencoba untuk peduli dengan budaya dari mana kami berasal yaitu jawa. Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan, kami mencoba merangkum berbagai tulisan yang berkaitan dengan budaya Jawa dari berbagai sumber.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menuntaskan tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang menjadi salah satu syarat kelulusan dalam proses pembelajaran di jenjang S1 Sistem Informasi Universitas Gunadarma. Selain itu, di harapkan makalah ini menjadi tulisan yang bermanfaat dan menjadi referensi bagi semua orang yang membacanya,
juga bertujuan untuk dijadikan bahan presentasi sehingga siswa – siswa lainpun bisa merasakan ilmu yang terdapat dari makalah ini.
1.3 RUMUSAN MASALAH
· Apa itu suku jawa ?
· Bahasa apa yang digunakan oleh masyarakat jawa ?
· Apa kepercayaan yang di anut mereka ?
· Apa profesi – profesi yang mereka geluti ?
· Stratifikasi sosial seperti apa yang ada di dalam kebudayaannya ?
· Apa kesenian yang lahir dan berkembang di masyarakat tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBUDAYAAN JAWA TIMUR
Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jowo, krama: tiyang Jawi) merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger.
Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman; menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Nganjuk), dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di Jawa Tengah, wayang kulit, dan ketoprak cukup populer di kawasan ini.
Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban, Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakan daerah masuknya, dan pusat perkembangan agama Islam. Lima dari sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini.
Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang), dan eks-Karesidenan Malang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini merupakan kawasan arek (sebutan untuk keturunan Kenarok) terutama di daerah Malang yang membuat daerah ini sulit terpengaruhi oleh budaya Mataraman.
Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura, mengingat besarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan, dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.
Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih. Masyarakat di pesisir barat: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar pria(ganjuran), berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain di Indonesia, di mana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan masuk ke dalam keluarga wanita.
Untuk mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.
2.1.1 Unsur Budaya Jawa Timur
2.1.1 Unsur Budaya Jawa Timur
- Kepercayaan : Mayoritas suku Jawa Timur umumnya menganut agama Islam, sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen dan Katolik, dan ada pula yang menganut Hindu dan Buddha. Sebagian orang Jawa Timur juga masih memegang teguh kepercayaan Kejawen. Agama Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh pada Suku Madura. Suku Osing umumnya beragama Islam dan Hindu. Sedangkan mayoritas Suku Tengger menganut agama Hindu.
- Mata pencaharian :Tidak ada mata pencaharian yang khas yang dilakoni oleh masyarakat suku Jawa. pada umumnya, orang-orang disana bekerja pada segala bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh orang Jawa. selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan, perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan, mungkin salah satu yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain, karena seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian yang beberapa cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok kebutuhan nasional, seperti padi, tebu, dan kapas.
- Kesenian : Reog, Kuda Lumping, Ludruk, Tari Remo, Parikan, Tari Bedhaya, Tari Srimpi, Tari Pethilan, Tari Golek, Tari Bondan, Tari Topeng, Tari Dolalak, Patolan atau Prisenanbarongan, Kuda kepang, Wayang krucil, Kuntulan, Lengger calung, dan Tari
- Bahasa : Bahasa Jawa, sebagai bahasa ibu dan bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat suku Jawa , dan bahasa Indonesia.
2.1.2 Stratifikasi Sosial
2.1.2 Stratifikasi Sosial
Masyarakat Jawa Timur juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh kebudayaan daerah-daerah di sekitarnya. Hal ini mengakibatkan kebudayaan Jawa Timur mengalami proses akulturasi sehingga ada beberapa kebudayaan Jawa Timur yang mirip dengan budaya daerah lainnya, seperti: Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
3.2 Saran
Dengan adanya perbedaan dalam kebudayaan, agama, dan suku di Indonesia semoga masyarakat Indonesia menjadi semakin mengembangkan rasa toleransi terhadap perbedaan-perbedaan tersebut. Hal ini juga didukung oleh semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
The Best Casino In Australia | Woori Casino
BalasHapusWON! 진주 출장안마 The best online 피망 포커 casino 광주광역 출장안마 in Australia 강원도 출장마사지 has you covered! ➤ Grab your bonus now ✓ 15 FS! ✓ 100% up to $3000. 광양 출장샵